Jumat, 09 Desember 2022

Tuntunan Tasawuf Untuk Pemula: Mengulas Buku Terjemah "Bidayatul Hidayah"

 


Bila anda mencari buku yang berisi tentang bimbingan ibadah sehari-hari dengan bahasa yang lugas dan sederhana, maka buku “Bidayatul Hidayah” karya Imam Ghazali wajib masuk daftar bacaan. Buku yang ditulis pada abad ke-12 Masehi ini terbukti mampu bertahan hingga abad 21.

Kabar baiknya, buku ini sudah banyak diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Namun kali ini saya akan mengulas buku “Bidayatul Hidayah” versi terjemahan Penerbit Al-Hidayah, oleh H. M. Fadlil Sa’id An-Nadwi yang diberi judul “Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi”, terbitan 1418 H (26 tahun lalu).

Buku setebal 212 halaman ini memiliki 3 tema besar; Pertama, mematuhi perintah Allah. Kedua, menjauhi larangan Allah, dan Ketiga, pergaulan dengan sesama manusia.

Buku ini bercorak tasawuf amali (bukan falsafi). Tentu saya tidak perlu bercerita pada anda bagaimana kepakaran Imam Ghazali dalam bidang tasawuf. Hampir seluruh kaum muslimin mengakui bagaimana expert-nya beliau menguasai keilmuan itu. Konon, buku ini ditulis Imam Ghazali di puncak kematangan spiritual, yaitu di fase-fase akhir kehidupan beliau.

Mengapa saya katakan buku ini memiliki Bahasa lugas? Jawabannya, karena si penulis tidak bertele-tele dalam menjelaskan. Rasa-rasanya, penulis sengaja menghindari “mubadzir” ungkapan dan lebih sering mengajak pembaca dengan panggilan “engkau”.

Apabila engkau hendak memakai pakaian, maka hendaklah diniati untuk mematuhi perintah Allah” (Halaman 34, bab Tata Cara Bangun Dari Tidur)

Apabila engkau telah selesai bersuci, maka kerjakanlah sholat sunnah fajar dua rakaat di dalam rumahmu kalau memang fajar sudah terbit, sebagaimana yang telah dikerjakan oleh Rasulullah SAW”. (Halaman 54, bab Tata Cara Pergi Ke Masjid)

Berikutnya, saya katakan buku ini memiliki bahasa sederhana karena kedekatan bahasanya dengan kehidupan sehari-hari pembaca. Disinilah kecerdikan sang penerjemah, H. M. Fadlil Sa’id yang mampu menjadikan buku ini nikmat dibaca kalangan awam sekalipun.

          Imam Ghazali melalui buku ini ingin mengajak para pembaca untuk memaksimalkan waktu sebaik mungkin. Beliau mengajak pembaca berhitung, “Ketahuilah, bahwa malam dan siang itu hanya terdiri 24 jam, maka usahakanlah jangan sampai tidur lebih dari delapan jam. Sebab andaikata engkau hidup berumur sampai 60 tahun, berarti engkau telah menyia-nyiakan usia selama dua puluh tahun, sepertiga dari usiamu” (Halaman 92-93, bab Tata Cara Tidur).

          Penulis terkadang juga memberi analogi untuk memudahkan pembaca memahami pembahasan abstrak agar terlihat konkrit. Contohnya ketika beliau mengajak pembaca untuk menjauhi sikap tercela “menganggap baik diri sendiri”. Di halaman 143 beliau menulis:

Apabila engkau ingin mengetahui bahwa pujianmu terhadap diri sendiri itu tidak dapat menambah tinggi derajatmu di kalangan orang lain, maka perhatikanlah teman-teman yang suka memuji-muji diri mereka di hadapanmu. Coba engkau rasakan, bagaimana perasaan hatimu memprotes atau tidak menyukai mereka, dan betapa berat perasaanmu menerima sikap mereka, kemudian bagaimana engkau mencaci-maki mereka atas pujian mereka terhadap diri mereka sendiri. Maka dari itu, ketahuilah, bahwa mereka juga seperti itu ketika mendengar engkau sedang memuji-muji dirimu dengan menceritakan kelebihan, pangkat, dan harta kekayaan”.

Tidak lupa, Imam Ghazali selalu mewanti-wanti pembaca agar waspada terhadap ilmu yang tidak bermanfaat, menuntut ilmu demi tendensi duniawi, dan bergaul dengan ulama su’ (ulama yang buruk). Ketiga pembahasan ini, hampir selalu ditemui di setiap bab.

          Di penghujung pembahasan buku, penulis memaparkan poin-poin -kadang disertai penjelasan singkat- tentang cara bergaul dengan Allah dan manusia, diantaranya: sopan santun seorang hamba kepada Allah (16 poin) sopan santun seorang guru (19 poin), sopan santun seorang murid (12 poin), sopan santun seorang anak kepada orang tua (12 poin), sopan santun dengan orang baru (5 poin), sopan santun dengan sahabat dekat (23 poin), dan sopan santun dalam berkenalan.

Menurut saya pribadi, buku ini sangat komplit untuk memenuhi dahaga pembaca akan ilmu dan amal. Anda tidak hanya mendapat pengetahuan tentang akhlak, tapi juga akidah dan hukum. Tidak hanya tata cara beribadah kepada Allah, tapi juga cara bergaul dengan manusia. Sejauh ini, buku ini tidak pernah mengecewakan saya meski telah khatam berkali-kali. []



Tuntunan Tasawuf Untuk Pemula: Mengulas Buku Terjemah "Bidayatul Hidayah"

  Bila anda mencari buku yang berisi tentang bimbingan ibadah sehari-hari dengan bahasa yang lugas dan sederhana, maka buku “Bidayatul Hiday...